BATU GIOK BERDASARKAN SIFAT,UNSUR DAN KEGUNAAN NYA
Selasa, 28 Agustus 2012
0
komentar
Tidak
Akan Pernah Ada di Dunia ini Batu Giok yang Anti Panas, dapat menyimpan cahaya,
dll.
Simak
baik-baik tulisan saya, gunakan akal sehat, logika ilmu pengetahuan serta hasil
riset ilmiah para ahli geologi.
Jangan
Buang waktu, tenaga dan biaya hanya untuk mencari sesuatu yang tidak ada dasar
penelitian ilmiahnya.
Sudah Berapa Banyak Uang yg Anda Habiskan untuk Berburu Giok
Anti PANAS & Giok yg Bisa Menyimpan Cahaya ? Sudah Berapa Lama Anda di
PERBUDAK Buyer-buyer Palsu ??
Misteri di Balik Batu Giok
SIFAT BATU GIOK
Batu giok adalah sejenis batu mulia
yang dalam peradaban manusia telah dikenal sejak lebih 10.000 tahun lalu. Sifat
– sifatnya yang sangat istimewa seperti kekerasannya, berat jenisnya,
sentuhannya, kilapnya dan konon keampuhannya dalam melindungi pemakainya dari
segala jenis mara –bahaya menyebabkan batu giok memiliki daya tarik tertinggi
dalam sejarah kebudayaan Cina. Sampai saat ini batu giok masih dipercaya sebagai
simbol kesucian, keningratan dan perlindungan. Sungguhpun penghargaan terhadap
batu giok tidak pernah memudar sampai saat ini, penilaian terhadap jenis dan
keasliannya telah banyak berubah. Beragam variasi batuan yang sebelumnya
dianggap sebagai giok, ternyata tidak sedikit yang tiruan atau substitute.
Batu giok
yang dinyatakan asli di Dunia ini hanya dua
jenis batuan yaitu nefrit (nephrite) dan jadeit (jadeite).
Berbeda dengan nefrite yang dikenal luas dalam kebudayaan Cina sejak zaman
Neolitikum (6000 tahun sebelum Masehi), jadeit baru muncul pada pertengahan
abad ke 18 yaitu pada masa Dinasti CHING (1644-1912). Jadeit yang asal-usulnya
diimpor dari wilayah Burma, memiliki sifat-sifat yang berbeda dari nefrit, baik
secara mineralogi ataupun gemologi. Mineral penyusunnya piroksen sedangkan
nefrit amfibol, berat jenisnya lebih besar, transparansinya lebih tinggi dan
warnanya lebih hidup dan lebih beragam. Di
perdagangan, jadeit dihargai jauh lebih tinggi dari nefrit. Di antara
sifat-sifat yang disyaratkan oleh para pemburu batu giok di Indonesia seperti
tahan gores, tahan panas dan terasa dingin, hanya sifat tahan goreslah yang
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini dapat dimaklumi karena
kekerasan batu giok cukup tinggi yaitu (dalam skala Mohs) sekitar 6,5 untuk nefrit dan 7,0 untuk jadeit. Sifat tahan
gores ini merupakan metode pertama dalam membedakan giok asli dengan giok
palsu, Tapi bagaimana cara & alat apa yang kita pakai untuk menggoresnya ?
Apakah Tahan Panas ?
Mengenai sifat tahan panas, hal ini
sangat bertentangan dengan hukum alam. Batu giok yang memiliki thermal
diffusivity atau sifat menyebarkan panas
0,0160 cm2/detik, jadi kalau dipanasi di satu titik,
temperaturnya akan naik lebih cepat dibandingkan dengan beberapa jenis
batuan lain seperti obsidian atau batu kendan dari Garut (0,00688 cm2/detik),
atau batuan phrehnit berwarna hijau dari Kalimantan Selatan (0,0145 cm2/detik).
Mengenai sifatnya yang dingin, batu giok memang lebih dingin dari kebanyakan
batuan lain seperti obsidian, serpentin, atau prehnit karena batu giok memiliki
thermal inertia atau kelembaman panas lebih tinggi. Tetapi apabila dibandingkan
dengan mineral kelompok kwarsa, ternyata kelembaman panasnya seimbang sehingga
rasa dinginnya pun dapat dipastikan sama.
Dengan demikian sungguh
sulit dimengerti dan diterima dengan akal sehat kalau di antara para pemburu
atau penguji batu giok (disebut tester) khususnya di indonesia mensyaratkan
bahwa batu giok yang dicari harus Anti panas atau tidak berubah suhunya jika dipanasi
selama 15 menit, terasa dingin dan seperti ruangan ber AC.
Para Peneliti Batu Giok / Jade seluruh Dunia pasti akan tertawa
mendengar pengakuan bahwa pedagang / makelar / buyer indonesia mencari batu giok yang jika di
panasi dengan api selama 15 menit, maka batu giok tersebut tidak akan terasa
panas sedikitpun. Konon Giok anti panas ini, Buyer indonesia memasang
harga beli mulai dari Rp.3 Milyar / Kg hingga sampai Rp.5 Milyar / Kg.
MENGAPA DIBURU
Dengan persyaratan khusus tersebut
umumnya dilakukan oleh para pemburu yang biasanya bertindak sebagai perantara
dari bos mereka yang alamatnya dirahasiakan. Konon bos mereka dipercaya oleh
kedutaan besar Amerika Serikat dan atau CIA untuk mencari batu giok untuk
keperluan pesawat angkasa dari Lembaga Antariksa Amerika Serikat atau NASA.
Para pemburu ini biasanya membawa beberapa orang teman yang salah satunya
sebagai tester atau penguji. Pihak penjual atau perantara biasanya memberikan
penjelasan bahwa batu giok yang akan mereka jual berasal dari warisan nenek
moyang atau didapat dari penggalian harta karun atau bahkan didapat secara
ghoib. Alasan penjualan untuk mendirikan atau merenovasi pesantren. Harga yang
mereka tiupkan sangat fantastis berkisar dari Rp. 300 juta sampai dengan Rp. 1
Milyar per kilo gram.
Dari kenyataan tersebut, kita dapat
berhipotesis deskriptif bahwa perburuan batu giok ini kemungkinan besar
dikendalikan oleh bos-bos profesional yang mengerti betul tentang seluk – beluk
batu giok. Mereka yakin bahwa di Indonesia masih
tersimpan beragam jenis giok yang berasal dari negeri Cina. Hal ini
bukan sesuatu yang mustahil mengingat eratnya jalinan dagang antara raja-raja
di negeri Cina dengan raja-raja di Indonesia yang berlangsung sejak ratusan
tahun yang lalu. Dengan memancing para pemilik dan
kolektor dengan harga yang semu tinggi, diharapkan bahwa pada suatu saat mereka
akan dapat memperoleh giok – giok antik atau giok berwarna hijau sprite jenis
imperial yang kalau diproses menjadi perhiasan harganya akan jauh berlipat.
Hal ini rupanya cukup dimengerti oleh para seniman, baik di Indonesia, di Cina
ataupun di Taiwan, sehingga mereka menciptakan giok tiruan dan giok imitasi
yang sifat-sifatnya secara sekilas hampir menyerupai giok asli.
Dengan sedikit pengalaman dan
kehati-hatian, misalnya dengan testing kekerasan dan testing berat jenis, pasti
akan dapat segera diketahui, apakah giok yang ditawarkan benar-benar giok asli,
giok tiruan atau giok imitasi .
Nah setelah misteri dibalik
perburuan batu giok ini terungkap, semoga kita tidak akan terpengaruh lagi
untuk ikut-ikutan berburu atau menjadi perantara dalam jual - beli batu giok
misterius yang selama ini tidak saja memberikan harapan hampa kepada pelakunya
melainkan juga kerugian materiel. Sudah banyak orang
yang hancur rumah tangganya dan bangkrut terkuras uangnya gara gara berburu
batu giok yang aneh-aneh dan tidak pernah ada ini.
( Dikutip dari Tulisan Bapak Sujatmiko pada Koran Pikiran Rakyat yang diterbitkan pada tanggal 4 Oktober 1998. Beliau adalah anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia(IAGI) dan Sekjen Masyarakat Batumulia Indonesia (MBI) pada masa itu ).
Bagi yang berburu kami sudah melakukan riset dan bisa dibuktikan kebenaran keaslian batu giok yang sedang kami pasarkan berbentukan lingkaran (dipahat bukan dicetak) berat 18Kg.tidak ada unsur penipuan.kontak kami di mediputra.wn.sh@gmail.com atau di Phone : +6285287668127 Up.MEDIPUTRA
UNSUR PENYUSUN BATU
GIOK (JADE)
Nephrite Jade
Amphibole.
Amphiboles are double chain
silicates.
Unlike pyroxenes,
amphiboles are Hydrous minerals (contain
hydrogen).
Cleavages are at 60
Degrees.
Composition :
Ca2(Mg,Fe)5Si6O22(OH).
Green color is
due to Iron (Fe).
Resembles jadeite in color and structure.
Hardness - 6.0 to 6.5
Jadeite Jade
Part of the pyroxene family.
Pyroxenes are silicate minerals.
The simplest formula is MgSiO3.
Forms single chain
silicates.
Cleavages are at 90 Degrees.
Composition:
NaAISi2O6.
Deep green color is due to presence of
Chromium (Cr) Iron produces paler green color.
Hardness - 6.5 to 7.0
The term jade refers
to two different minerals
jadeite and nephrite.
Nephrite
Chemical composition -- A fibrous variety of the amphibole mineral series
actinolite to tremolite,usually closer to actinolite.
Color -- Green, black, brown, beige (mutton-fat jade). Usually darker and less intense colors thanthose of jadeite.
Optics -- R.I 1.62.
Durability -- Hardness 6-6.5. Extremely tough, except when its composition approaches that of tremolite.
Crystal structure -- Monoclinic , usually massive.
Specific gravity -- 2.9-3.0.
Sources -- Many sources, including Chinese Turkestan, Taiwan, New Zealand, Wyoming, Lake
Baikal, British Columbia, and California. Prized for centuries in Chinese carvings.
Color -- Green, black, brown, beige (mutton-fat jade). Usually darker and less intense colors thanthose of jadeite.
Optics -- R.I 1.62.
Durability -- Hardness 6-6.5. Extremely tough, except when its composition approaches that of tremolite.
Crystal structure -- Monoclinic , usually massive.
Specific gravity -- 2.9-3.0.
Sources -- Many sources, including Chinese Turkestan, Taiwan, New Zealand, Wyoming, Lake
Baikal, British Columbia, and California. Prized for centuries in Chinese carvings.
Jadeite
Chemical composition -- Sodium aluminum silicate.
Color -- A wide range of colors including white, green, yellow, red, orange, violet, and black.
Optics -- R.I. 1.64-1.67. Usually the refractometer shows only one line near 1.66.
Durability -- Hardness 6.5-7. Very tough.
Crystal structure -- Monoclinic, usually massive.
Specific gravity -- 3.25-3.36.
Sources -- Major sources include Burma, New Zealand, Guatemala, and Siberia. Prized for carvings,frequently from China. The finest green Imperial jade is very rare and expensive.
Color -- A wide range of colors including white, green, yellow, red, orange, violet, and black.
Optics -- R.I. 1.64-1.67. Usually the refractometer shows only one line near 1.66.
Durability -- Hardness 6.5-7. Very tough.
Crystal structure -- Monoclinic, usually massive.
Specific gravity -- 3.25-3.36.
Sources -- Major sources include Burma, New Zealand, Guatemala, and Siberia. Prized for carvings,frequently from China. The finest green Imperial jade is very rare and expensive.
Mudah mudahan dengan adanya tulisan diatas, dapat meluruskan
cerita selama ini yang sudah beredar di indonesia tentang BATU GIOK.
SESUAI DENGAN BUKTI RISET ILMU
PENGETAHUAN
Tidak ada Batu Giok yang anti
panas.
Tidak ada Batu Giok yang dapat merambatkan/ bias cahaya.
Tidak ada Batu Giok
yang sedingin Es.
Tidak ada Batu Giok
yang mengeluarkan embun.
Jika anda berpatokan pada riset
ilmiah, maka anda sudah tahu jawabannya dan semua kembali kepada anda.
( Dikutip dari Tulisan Bapak
Sujatmiko pada Koran Pikiran Rakyat yang diterbitkan pada tanggal 4 Oktober
1998. Beliau adalah anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia(IAGI) dan Sekjen
Masyarakat Batumulia Indonesia (MBI) pada masa itu ).